Papua Merdeka Harga Mati Untuk Orang Papua Ras Melanesia

Share Story

Seputar Jawa Tengah Salatiga, 16 April 2016

Papua Merdeka Harga Mati Untuk Orang Papua Ras Melanesia dalam Kegiatan IICF Indonesia International Culture Festival 2016 di Salatiga, Jawa Tengah

Papua Merdeka Harga Mati Untuk Orang Papua Ras Melanesia dalam Kegiatan IICF Indonesia International Culture Festival 2016 di Salatiga, Jawa Tengah

Salatiga, WANI – Kampus UKSW yang sering dijuluki Indonesia mini itu, dini hari mengadakan pentas seni budaya Indonesia Internasional /Indonesia International Culture Festival (IICF). Seperti biasa tradisi IICF itu dibuka dengan pawai keliling kota Salatiga yang di mulai dan berakhir kembali di lapangan terbuka kampus UKSW. Dalam acara ini perkumpulan mahasiswa asal Papua HIMPPAR turut mengambil bagian karena kegiatan ini merupakan salah satu program rutin tahunan yang berada di bawa satu komisi bagian kebudayaan. Setiap tahun HIMPPAR pasti ada saja yang beda. Terutama emosional sebagai orang Papua mengenai harga diri mereka dalam hal ini kemauan orang Papua ingin bebas “MERDEKA” dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Tahun-tahun sebelumnya dalam kegiatan yang sama setiap kali hias ada warna-warni hiasan Bendera West Papua Bintang Kejora (BK) di badan, menghiasi rumah adat (stan) tradisional menggunakan karton-karton potongan di depan pintu bahkan adapula Bendera kebangsaan mereka (BK) itu di gantungan dalam stan yang dibangun-nya itu. Selain itu bendera BK juga dibawa oleh mereka dalam bend Etnis Papua juga, mereka seringkali membawa nyanyian-nyanyian perjuangan mereka di atas panggung dalam acara tersebut.

Papua Merdeka Harga Mati Untuk Orang Papua Ras Melanesia dalam Kegiatan IICF Indonesia International Culture Festival 2016 di Salatiga, Jawa Tengah

Kemudian pertanyaan-nya, di tahun 2016 ini emosional seperti apa yang anak Papua membawakan selain mereka mempertunjukkan di muka internasional bahkan nasional dalam mengenakan busana asli atau original tradisional mereka (Koteka dan Cawat)? Jadi, dalam arti anak Papua bukan hanya mengenakan tapi lebih dari pada itu, esensi-nya ialah mereka mempertunjukkan di muka publik bahwa orang Papua adalah orang-orang yang sangat beda dari etnis lain di republik ini.




We are Papuans Race Melanesia. Not Indo-Melayu!

Kali ini anak-anak Papua ras Melanesia ini membuat dan mempengaruhi publik saat terdengar suara spontan yang di ucapkan dalam kegiatan itu. Kedengaran spontanitas yang menarik di telinga publik itu semua orang sempat kaget saat di ucapkan secara spontan itu. Kedengaran yang membuat perhatian publik terkaget-kaget dan terpengaruh itu saat anak Papua membawakan satu nyanyian barangkali disebut dengan yel-yel. Yel-yel itu di nyanyikan saat memulai bahkan mengakhiri dari kegiatan kali ini. Namun sebelum itu, mereka berawal dengan doa dan mengakhiri juga dengan doa. Sesudah doa ada satu momen yang mereka lakukan seperti biasanya tim sepak bola saat memulai dan mengakhiri pertandingan. Kebiasaan itu biasanya kesebelasan tim sepak bola membuat sebuah lingkaran tumpukan besar dengan tumpangi tangan di tengah-tengah dari luar dan dalam kemudian mengikuti instruksi dari salah satu orang dalam tim-nya misalnya kapten atau pelatih mereka dengan satu tanda teriakan bersama secara spontan. Dilihat inti atau maknanya dari teriakan spontan itu se benar-nya saling menguatkan satu sama lain di antara mereka dengan tujuan, agar semua peserta fokus dan di arahkan pada visi misi mereka bersama dalam permainan sepak bola tersebut.

Papua Merdeka Harga Mati Untuk Orang Papua Ras Melanesia dalam Kegiatan IICF Indonesia International Culture Festival 2016 di Salatiga, Jawa Tengah

Dalam kegiatan pawai IICF UKSW 2016 teman-teman dari PAPUA juga melakukan hal yang sama saat star dan finish. Semua anak Papua menumpukan tangan di dalam lingkaran itu kemudian ada satu anak dari mereka berteriak dengan suara yang keras “P A P U A” saat berhenti secara spontan semua kerabat-kerabat-nya membalas dengan teriak M E R D E K A, M E R D E K A, M E R D E K A, M E R D E K A.
Kejadian itu secara spontan tanpa direncanakan tapi muncul begitu saja dengan sendiri-nya saat di tanyakan salah satu peserta pawai saudara Herry Gabriel Wenda. Wah luar biasa sekali kekompakan anak-anak HIMPPAR Salatiga.

Setiap fenomena dari tahun ke tahun seperti cerita yang baru saja anda baca di atas, saya mau bilang Pada anda semua melalui kesan ini bahwa masalah perjuangan Politik “PAPUA MERDEKA” itu bukan masalah perorangan, orang lokal, nasional, tetapi masalah semua orang Papua dan masalah internasional dan perjuangan itu sudah bagian dari kehidupan orang Papua. Arti-nya Masalah Papua merdeka itu sudah menjadi satu BUDAY dan IBADAH kami orang Papua ras Melanesia.

FREE WEST PAPUA (FWP) dan REFERENDUM
HARGA MATI UNTUK ORANG PAPUA RAS MELANESIA.



Posted by: Guinea Wenendugure 
Copyright ©Timeline Facebook: Guinea Wenendugure


Tanggapan anda, silahkan beri KOMENTAR

Silahkan beri KOMENTAR anda di bawa postingan ini…!!!

Tags

Share Article

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Related Posts

This is articles having same tags as the current post.