IPMNI Mendesak Hentikan Pertikaian Antar Sesama Warga Nduga di Kabupaten Nduga

Share Story

Gambar Logo IPMNI 
Tabloid-Wani.Com– Bali 03 Juli 2017,
Melihat dan mengikuti Konflik pertikaian antar warga di Suku Nduga  yang kian menelan korban masyarakat di
Kabupaten Nduga Provinsi Papua, Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Nduga se Indonesia
(IPMNI) menanggapi dan menyampaikan pernyataan sikap atas proses penyelesaian
peperangan. Sebelumnya wilayah Indonesia bagian Barat melingkupi se Jawa dan
Bali serta Kalimantan menyampaikan tuntutan yang sama dengan Mahasiswa Nduga di
Jayapura atas persoalan tersebut sehingga adapat diakhiri perang tersebut. Hal tersebut
dilakukan atas konflik pertikaian kedua kubu yang masih bersaudara terlibat
aksi saling serang di Kenyam ibu Kota kabupaten Nduga. Aksi tersebut mulai pecah
 pada Sabtu (17/6) lalu hingga Kamis 29
Juli 2017. Menurut laporan yang diterima dari Kabid Humas Polda Papua, Kombes
Pol. AM Kamal melalui WA Group Sprit of Papua mengungkapkan, perang saudara
tersebut lanjutan dari perang di Timika dan kedua kubu datang ke Nduga untuk
menyelesaikan, namun justru lanjut perang pada tanggal 17 Juni 2017 di Kenyam Kabupaten
Nduga. kemudian aksi saling serang kembali terjadi Selasa, 27 Juni 2017 yang menyebabkan
salah satu pelajar Nam Gwijangge 19 tahun meninggal dunia.
Aksi lanjutnya terjadi pada hari rabu
dan kamis yang mengakibatkab puluhan orang dikedua kubu terluka pana. Menurut informasi
yang diperoleh, hingga saat ini kedua kubu masih saling berjaga-jaga di lokasi
perang.
Mengingat persoalan-persoalan yang terus
terjadi pada masyarakat Nduga tersebut, Mahasiswa yang berasal dari Kabupaten
Nduga dan Kabupaten tetangga mengkaji banyak hal atas masifnya peperangan
sesama warga di wilayah pegunungan tengah Papua dan kabupaten Nduga yang sedang
berlangsung serta proses dan metode yang harus ditempur bagi jangkah panjang. Namun
persoalan yang sedang berlansgung harus dihentikan terlebih dahulu sehingga
masyarakat di Kabupaten Nduga tetap tenang. Proses peperangan antar warga ini sesungguhnya
tidak seperti ini, namun tidak adanya kesadaran oleh masyarakat menyebabkan
terjatuhnya sesama warga. Menurut hasil diskusi dari setiap kota study masing-masing
bahwa awal munculnya pemecah bela dalam kehdupan keluarga suku besar Nduga yang
rukun, kuat dengan tali persaudaraan, saling gotong royong sesama orang Nduga dan
hancurnya falsafah hidup warga masyarakat Suku Nduga sejak adanya kabupaten ini
justru konflik pertikaian dan peperangan bertubi-tubi terjadi disana sehingga
dapat mengorbankan nyawa manusia yang tak berdosa.
Dengan demikian, maka Mahasiswa dan
Pelajar asal Nduga mendesak kepada:
Pertama,
bagi masyarakat Nduga yang terlibat dalam konflik agar segera menghentikan
serang menyerang antar sesama warga Suku Nduga. Perang antar warga hanya
membawah kerugian nyawa, material dan merugikan pendidikan bagi anak-anak  serta menimbun terauma sesama warga sendiri. Dengan
demikian, kebebasan dan kenyamanan hidup dalam berbagai aktivitas lenyap karena
dihantui oleh terauma. Dengan itu, maka semua masyarakat yang angkat pana dan
ikut perang lebih baik berhenti.
Kedua,
para pemangku kepentingan Kabupaten Nduga segera mengambil langkah-langkah pada
proses perdamaian secara total agar tak ada lagi aksi serang menyerang yang
justru membunuh rakyat yang sedang dimpimpin. Pemangku kepentingan yang
dimaksud terutama, Pemerintah Kabupaten Nduga, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Nduga, Lembaga Masyarakat Adat (LMA), Toko Gereja se Kabupaten
Nduga, Kepolisian Daerah Papua / Kapolda Papua, unsur perempuan, para
Intelektual  dan Mahasiswa Nduga agar
semuanya terlibat dan melibatkan diri secara bijak  mengambil ahli dalam upaya proses perdamaian
secara total. Selain itu harus melakukan pemulihan rohani oleh gereja;
Ketiga,
dalam proses penyelesaian, harus bertempur secara adat karena telah
mengorbankan nyawa manusia. Hal ini dapat kita pahami bersama, bahwa apabila situasi
sudah aman, tidak ada keinginan untuk perang dan bersepakat untuk berdamai,
maka posis tertinggi untuk mendamaikan dengan jalur adat ada pada kepala perang
antar kedua kubu dengan tahapan-tahapan penyelesaian yang dipahami secara hukum
adat yang hidup dalam masyarakat setempat.
Kami juga memintah kepada pihak keamanan
dan tim perdamaian yang telah dibentuk agar melakukan pendekatan secara persuasive
seperti yang telah dilaporkan oleh John Beon, Ketua LMA Nduga via seluler bahwa
pada awal kami turun, pihak yang merasa dikorbankan menolak kami secara
mentah-mentah tetapi pada akhirnya kami melakukan pendekatan secara kekeluarga
dengan para korban. Kekuatiran kami Mahasiswa Nduga se Indonesia, apabila
kepala perang diangkut keluar dari Ibu Kota kabupaten Nduga dan dipenjarakan, maka
proses perdamaian tidak bisa diputuskan apalagi menyangkuat nyawa manusia yang sudah
korban, tetapi jika hanya untuk memulihkan kondisi sesaat boleh diangkut
keluar. Pengalaman, pada kasus yang sama, sebelumnya di Timika telah melakukan
upaya ini oleh pihak kepolisian polres Mimik bersama polda Papua (Irjen, Paulus
Waterpauw) sehingga seluruh pimpinan perang ditangkap dan dimasukan ke penjara,
tetapi faktanya tidak ada perdamaian justru yang ada konflik pertikaian
berlanjut dari Kabupen Timika hingga kabaupen Nduga.

Keempat, Mahasiswa Nduga membentuk Tim perdamaian
dan bergabung dengan tim yang sedang bekerja dalam proses perdamaian pertikain
di Nduga.

Posted by: Darson Lokbere
Copyright Ā© Hasil Diskusi Mahasiswa Nduga se Indonesia
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com

Tags

Share Article

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Related Posts

This is articles having same tags as the current post.