Erikson Inggabouw, Korban Penembakan Manokwari

Share Story

Erikson Inggabouw, Korban Penembakan Manokwari
Erikson Inggabouw-Yomaki, korban luka tembak pada leher kanan dan sekitar dadanya pada hari Rabu (26/10). (Dok. LP3BH Manokwari)
Manokwari — Pada hari Senin, 31 Oktober 2016, tim Papua itu Kita menjenguk Erikson Inggabouw, salah satu korban penembakan aparat kepolisian di Manokwari pada tanggal 26 Oktober 2016. Erikson saat ini ditemani oleh beberapa orang keluarganya di salah satu rumah sakit di Jakarta hasil rujukan dari dokter di Manokwari.
Kondisi Erikson sangat memprihatinkan seperti yang bisa dilihat di foto-foto berikut. Erikson tidak mampu bicara dan hanya berkomunikasi dengan kami lewat tulisan. Erikson tidak bisa makan, untuk menelan air liur saja kesulitan.

Berikut ini adalah kronologi kejadian yang kami dapatkan dari Erikson langsung:
Pada tanggal 26 Oktober 2016 sekitar jam 19.30 WIT, Erikson bersama dengan teman-temannya yang sedang berada di kompleks perumahannya yaitu Sanggeng tiba-tiba mendengar suara huru-hara. Mereka beramai-ramai kemudian mendekati sumber keramaian tersebut dan menonton tawuran antara masyarakat dengan kepolisian dari depan Pasar Sanggeng. Sekitar jam 21.00 WIT ketika sudah mati lampu dan gelap gulita, tiba-tiba Erikson merasakan darah mengalir di leher. Menyadari hal tersebut, Erikson kemudian segera lari menyelamatkan diri ke rumah salah satu pendeta yang lalu membawanya ke RSUD Manokwari. Hari berselang, Erikson dirujuk ke rumah sakit di Jakarta. Dokter berkesimpulan bahwa kemungkinan besar Erikson terkena peluru tajam di leher yang tembus hingga ke dagu dan mematahkan dua gigi. Hasil CT-scan juga menunjukkan ada serpihan-serpihan di area leher Erikson.
Lebih dari itu, salah satu keluarga Erikson menceritakan kesaksiannya kepada tim Papua itu Kita mengenai kejadian pada tanggal 27 Oktober 2016 pagi. Ternyata pagi hari itu kepolisian melakukan sweeping dan mengangkut sekitar 7 orang. Mereka dihajar oleh kepolisian di dalam truk polisi. Ketika tiba di rumah sakit dimana saksi berada, saksi melihat bagaimana polisi melempar para korban sweeping ke rumah sakit seperti ā€œmelempar karung atau binatangā€ begitu saja.
Bersumber dari Erikson dan keluarganya, Papua itu Kita berkesimpulan sebagai berikut:
  • Polisi menembakkan peluru tajam, bukan peluru karet.
  • Polisi menembak secara sporadis mengingat saat itu sedang gelap gulita akibat mati lampu sehingga tidak mungkin polisi bisa mengidentifikasi sasaran tembaknya.
  • Polisi tidak menembak ke arah kaki seperti yang disampaikan ke media, melainkan ke arah vital bagian atas mengingat Erikson tertembak di leher.
  • Erikson adalah korban peluru nyasar akibat tembakan sporadik kepolisian.
  • Polisi bertindak tidak proporsional dalam ā€œpengamananā€ konflik.
  • Polisi tidak memperlakukan orang Papua dengan manusiawi mengingat caranya mengoper korban sweeping ke rumah sakit dengan cara ā€œmelempar seperti melempar karung atau binatangā€.
Saat ini, Erikson sedang akan menjalani pengobatan dan operasi bedah plastik. Sayangnya sejauh ini seluruh biaya pemindahan ke Jakarta dan perawatan masih ditanggung oleh pihak keluarga. Kami menganggap bahwa seharusnya seluruh biaya pengobatan harus ditanggung oleh negara. Erikson juga harus mendapatkan perawatan yang seoptimal mungkin. Keselamatan Erikson sebagai saksi korban juga harus dijamin!
Baca juga:

Berikut foto-foto saat dirumah sakit:

Erikson Inggabouw, (Dok: PIK/VK)
Erikson Inggabouw, (Dok: PIK/VK)
Erikson Inggabouw, (Dok: PIK/VK)
Copyright Ā©PapuaItuKita

Tags

Share Article

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Related Posts

This is articles having same tags as the current post.