Populasi Orang Asli Papua “Darurat”, Siapa Peduli dan Apa Solusi Terbaik?

Share Story

Ilustrasi jumlah penduduk  orang asli Papua dan Non asli Papua di tanah Papua dalam gambar Grafik yang dibuat oleh Ir. Yan Ukago, MT tentang pertumbuhan penduduk orang asli Papua. Dok Tabloid WANI
Tabloid-WANI — Ada banyak masalah di Papua. Salah satu masalah yang sedang hangat dibicarakan adalah makin berkurangnya orang asli Papua. Kita sering mendengar istilah depopulisasi orang asli Papua. Artinya, sedang terjadi pengurangan atau penyusutan jumlah penduduk orang asli Papua. Orang asli Papua makin berkurang di atas tanahnya sendiri. Apa sebabnya? Siapa bertanggung jawab? Apa yang perlu dilakukan supaya orang asli Papua berkembang dan memenuhi negerinya, tanah Papua?

Kita sering mengagung-agungkan masa lalu. Nostalgia tentang masa lalu tanah Papua yang lebih baik sering terdengar. ā€œPapua dulu boleh. Misionaris dan pemerintah Belanda perhatikan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi orang Papua. Ada sekolah dan asrama bermutu. Saat ini, orang Papua makin sedikit, pelayanan juga tidak berjalan.ā€ Ungkapan semacam ini terlontar dari segenap orang asli Papua yang pernah mengalami hidup saat misionaris dan pemerintah Belanda berkuasa di tanah Papua. Kisah-kisah indah tempo dulu diceritakan turun-temurun, sehingga generasi Papua saat ini masih berkiblat pada sejarah masa lalu Papua semasa misionaris Eropa dan pemerintah Belanda berkuasa.
Saat ini, orang asli Papua makin berkurang. Bukan hanya berkurang dari segi jumlah, tetapi juga dari segi kualitas hidup yang sangat memprihatinkan. Jim Elmslie dalam bukunya ā€œWest Papuan Demographic Transition and The 2010 Indonesia Censusā€ menyebutkan bahwa saat ini orang asli Papua di Papua dan Papua Barat berjumlah 3.612.854 jiwa. Dia membandingkan tahun 1971 orang asli Papua berjumlah 887.000 jiwa. Pada tahun 2000, orang asli Papua berjumlah 1.505.405 jiwa. Berdasarkan data ini, dia menyimpulkan bahwa pertumbuhan orang asli Papua hanya 1,84% per tahun.

Data di atas dianalisis dan diterbitkan tahun 2010 silam. Sekarang sudah tahun 2016. Berapa jumlah orang asli Papua? Belum ada data pasti. Kita semua belum memiliki data valid tentang jumlah orang asli Papua. Bahkan data yang dikemukakan oleh Jim patut diuji kembali. Jangan sampai justru orang Papua lebih sedikit dari yang dipaparkan dalam data tersebut. Kita perlu mengumpulkan, mencermati, dan menganalisis berbagai peristiwa terkait depopulasi orang asli Papua. Hal ini sangat penting, jangan sampai kelak, orang Papua punah di atas tanahnya.

Apa sebabnya orang asli Papua tidak berkembang dari sisi jumlah? Sejauh pengalaman saya, faktor pertama yang menyebabkan orang Papua tidak berkembang adalah masalah kesehatan. Sejak kecil, saya tinggal bersama orang asli Papua. Saya menyaksikan mereka menderita karena hidup di gubuk-gubuk kecil, tanpa fasilitas kesehatan. Kesehatan ibu dan anak masih jauh dari yang diharapkan. Bahkan gizi buruk selalu menghantui anak-anak Papua. Selain itu, saat ini HIV/AIDS, malaria, dan minuman keras membunuh orang Papua.


Baca ini juga: (Diprediksi, Tahun 2040 Orang Asli Papua akan Punah dalam Pangkuan NKRI)
Faktor lain yang turut memperlambat pertumbuhan dan perkembangan orang asli Papua adalah kekerasan militer. Atas nama keamanan Negara Indonesia, banyak orang Papua yang mati terbunuh. Kita tidak bisa menyangkal bahwa aparat keamanan Indonesia membunuh orang Papua. Contoh paling sederhana adalah peristiwa pembunuhan empat pelajar di Paniai, 8 Desember 2014 silam. Masih terlalu banyak kasus serupa. Kekerasan dan pembunuhan terhadap orang asli Papua atas nama negara Indonesia menjadi salah satu sebab orang asli Papua tidak berkembang.
Negara Indonesia juga mempromosikan program Keluarga Berencana (KB) di tanah Papua. Orang asli Papua sudah sedikit, tetapi negara bilang, ā€œCukup Dua Anakā€. Padahal, kalau Indonesia mau membangun Papua, mestinya meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi bagi orang Papua sehingga mereka bertumbuh di atas tanahnya. Bukan sebaliknya, secara sadar mempromosikan KB bagi orang Papua yang sudah berada di ambang kepunahan.
Di tengah berbagai permasalahan tersebut, tanah Papua juga dibanjiri oleh orang pendatang. Sejak tahun 1960-an pemerintah Indonesia sudah mengklaim Papua sebagai miliknya sehingga mengirim penduduk luar ke tanah Papua. Pada rezim Orde Baru, saat Soeharto berkuasa, program transmigrasi dilakukan secara masif. Pada era Reformasi ini, seiring kemajuan transportasi dan komunikasi, orang luar berbondong-bondong ke Papua. Setiap hari pelabuhan laut dan bandara udara penuh sesak oleh masuk-keluarnya orang pendatang.
Akibat minim kontrol dari pemerintah daerah provinsi Papua dan Papua Barat, ditambah lagi dalih, ā€œPapua itu NKRIā€ sehingga tidak ada regulasi pembatasan orang luar ke Papua. Siapa saja boleh datang dan tinggal di Papua. Bahkan tidak jarang, para pejabat pendatang membawa sanak keluarga untuk bekerja di kantor pemerintahan di Papua sehingga Papua dibanjiri oleh orang pendatang.
Coba lihat ini lagi:
Menyimak realitas orang asli Papua yang makin sedikit ini, kita bertanya, ā€œSiapa bertanggung jawab atas situasi ini?ā€ Apakah pemerintah Provinsi Papua yang harus bertanggung jawab? Apakah Dewan Adat Papua yang harus bertanggung jawab? Atau siapa yang harus bertanggung jawab? Masalah depopulasi orang asli Papua harus menjadi tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah Provinsi Papua, pemerintah kabupaten/kota, tokoh-tokoh adat, agama, pemuda dan segenap orang asli Papua dan semua warga masyarakat yang tinggal di tanah Papua. Semua komponen perlu duduk bersama dan membicarakan secara serius terkait pertumbuhan dan perkembangan orang asli Papua.

Kalau semua komponen sudah berjumpa dan berbicara, apa yang perlu dilakukan sebagai gerakan bersama untuk menyelamatkan orang asli Papua dari kepunahan? Tentang apa yang harus dilakukan, saya memiliki refleksi sebagai berikut:
  1. Orang Papua memiliki budaya, adat, dan bahasa. orang asli Papua perlu kembali ke dalam rumah adatnya. Di sana orang asli Papua saling berbicara, saling meneguhkan, baku kasih ingat tentang hidup bersih dan sehat, supaya tidak ada lagi generasi Papua yang mati karena penyakit atau minuman keras.
  2. Orang asli Papua harus sekolah. Orang asli Papua harus cerdas dan memiliki sikap dan jiwa rendah hati, sabar dan melayani. Orang asli Papua perlu baku perhatikan satu sama lain. Pejabat orang asli Papua harus memperhatikan semua orang Papua, bukan korupsi dan urus keluarga atau kampung sesukunya saja.
  3. Orang Papua harus mulai melakukan perubahan perilaku. Misalnya, kebiasaan minum mabuk harus dihentikan. Kebiasaan tidak pakai helm saat mengendarai motor harus dihentikan. Kebiasaan main perempuan harus dihentikan. Anak-anak yang punya kebiasaan isap lem aibon harus diselamatkan!
  4. Pemerintah Provinsi Papua, Papua Barat dan seluruh kabupaten/kota, distrik dan kampung-kampung di seluruh tanah Papua harus memperhatikan orang Papua punya pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Anak-anak Papua harus sekolah, mendapatkan gizi yang cukup dan tinggal di rumah layak huni. Di sana harus ada listrik, air bersih, dan jamban.
  5. Orang asli Papua dari tujuh wilayah adat harus bersatu dan saling mendukung dalam proses menyelamatkan orang asli Papua, budaya, bahasa, adat dan hutan, tempat tinggal roh leluhur dan sumber daya alam.
  6. Pemerintah Indonesia, khususnya aparat keamanan STOP bunuh orang asli Papua.
  7. Perlu ada kebijakan khusus untuk mengendalikan kehadiran kaum pendatang di tanah Papua.
Kita berharap melalui proses internalisasi dan rekonsiliasi internal orang asli Papua, dapat dimulai suatu gerakan bersama untuk menyelamatkan orang asli Papua dari kepunahan. Saya selalu punya keyakinan, bahwa apa pun masa depan Papua tetap ada di tangan orang asli Papua. Tidak ada satu pun manusia dari luar yang bisa mengatur orang asli Papua, selain orang asli Papua harus mengatur dirinya sendiri. Untuk bisa mengatur diri, orang Papua harus kembali ke dalam dirinya sendiri, rumah adat, adat dan budaya, bahasa, tanah, air, udara, hutan dan leluhur. Semua harus bersatu untuk mengangkat harkat dan martabat orang asli Papua sekaligus menyelamatkannya dari kepunahan.

Editor by: M.WALELA
Copyright Ā©Kompasiana.com/PetrusPitsuPardijilung


Tanggapan anda, Silahkan beri KOMENTAR di bawa postingan ini…!!!

Tags

Share Article

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Related Posts

This is articles having same tags as the current post.